Kisah Avanza, Dulu ‘Raja’ Jalanan, Sekarang Menuju Kematian?

Pengunjung melihat mobil Toyota Avanza terbaru di Dealer Auto 2000 Sudirman, Jakarta, Rabu, 24/11. Persaingan Toyota Avanza dan Mitsubishi Xpander terjadi di ajang Gaikindo Indonesia International Motor Show (GIIAS) 2021 pada 11-21 November 2021 di ICE BSD kemarin. Selama pameran, keduanya menjadi mobil terlaris yang dipesan konsumen dari masing-masing agen tunggal pemegang merek (ATPM).
Berdasarkan catatan Toyota Astra Motor (TAM), All New Avanza dan All New Veloz laku ribuan, memberikan kontribusi terbesar mencapai 1.534 unit, dengan masing-masing 711 unit dan 823 unit, atau sebesar 34% dari total seluruh model Toyota.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Mobil ‘sejuta umat’ Toyota Avanza kini bukan lagi penguasa jalanan. Padahal di masa jayanya, Avanza dikenal luas masyarakat Indonesia. Sampai ada anekdot “Kalau ada balapan, Avanza selalu menang. Sebab, setiap kali kita nyalip mobil di depan sudah ada Avanza lagi. Lalu saat menyalip lagi, sudah ada Avanza lagi.”

Anekdot itu mengindikasikan kalau Avanza adalah penguasa alias raja jalanan. Penjualannya meningkat hingga mendapat predikat mobil sejuta umat, dan populasinya sangat banyak di jalanan.

Sayangya, Toyota Avanza kembali harus mengakui keunggulan dari pesaingnya yakni sang ‘peneror’ Honda Brio. Pada Maret 2023 lalu, mobil hatchback keluaran Honda itu berhasil menjual sebanyak 7.327 unit mengalahkan Avanza yang tertinggal jauh dengan penjualan sebanyak 5.641 unit.

Lalu bagaimana jurus Avanza menjadi ‘raja’ jalanan?

Cerita bermula ketika memasuki abad ke-21. Saat itu, PT Astra International Tbk (ASII) telah dikenal sebagai ‘raja’ industri otomotif Indonesia. Penjualan atas Toyota, Daihatsu, BMW, Peugot, Isuzu, Nissan, dan Lexus dipegang oleh Astra.

Ricardi Adnan dalam The Shifting Patronage (2010) menyebut selama Orde Baru, lebih dari 50% pasar mobil di Indonesia dipegang oleh Astra.

Salah satu produk terkenalnya adalah Toyota Kijang. Sejak diluncurkan pada 1977, Kijang menjadi mobil paling populer di Indonesia. Buku Astra, On Becoming the Pride of Nation (2017) menyebut popularitas Kijang disebabkan karena mobil ini cocok dengan masyarakat Indonesia.

Astra sukses membuat mobil sesuai kebutuhan masyarakat Indonesia yang suka berpergian bersama sanak saudara. Jadi, dengan adanya Kijang seluruh keluarga dapat terangkut dalam satu mobil saja. Berbeda dengan sedan, yang terkesan mewah, tetapi tidak mampu membawa orang banyak.

Tak hanya di Indonesia, kesuksesan Kijang juga terjadi di negara tetangga, seperti Thailand, Myanmar, Brunei Darussalam, Papua Nugini, dan negara di pasifik. Naas krisis 1998 dan sesudahnya membuat Kijang jatuh tersungkur. Penjualannya selalu turun.

Ini disebabkan karena harganya yang terlalu mahal. Daya beli masyarakat yang rendah tidak mampu menjangkau Toyota Kijang. Dari sinilah Astra mulai mencari solusi untuk membuat mobil jenis baru.

Dalam kesaksian mantan CEO Astra, Johny Darmawan, dalam autobiografinya berjudul Johny Darmawan: Cerita Etos Bisnis (2018), untuk membuat produk baru tersebut insinyur dan manajemen Astra turun langsung ke lapangan, melihat, dan memahami kebutuhan masyarakat yang sesuai dengan karakter Indonesia.

Dari sinilah diketahui kalau orang Indonesia senang mobil serupa Kijang, tetapi dengan harga lebih murah dan irit bensin. Lantas tercetuslah mobil berjenis Multi Purpose Vehicle (MPV) berpenumpang 5-8 orang dengan harga lebih murah.

Agar lebih kuat secara finansial dan manajerial, Astra meminta Toyota dan Daihatsu untuk menciptakan produk bersama. Singkat cerita lahirlah, Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia pada 11 September 2003.

Saat pertama kali diluncurkan mobil itu tersedia dalam dua model, yakni model E dan G. Keduanya bertransmisi manual dengan mesin 1.300 cc yang sangat hemat bahan bakar. Perbedaan keduanya hanya terletak pada fitur-fiturnya saja. Model G lebih banyak, futuristik, dan juga lebih mahal.

Avanza dan Xenia adalah jawaban masyarakat yang ingin membeli mobil dengan harga tidak seperti Kijang. Masyarakat yang tidak punya uang untuk membeli Kijang, mereka lantas membeli salah satu dari kedua produk Astra tersebut.

“Pada 2004, Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia menjadi kendaraan terlaris di segmen mobil MPV di Indonesia. Bahkan, sejak Oktober 2004, keduanya telah diekspor ke Thailand.”

Sejak diluncurkan, khususnya Avanza, mengalami peningkatan persentase terbesar. Tercatat dalam waktu kurang dari 10 tahun saja mobil ini sukses terjual hingga 337% dan sudah terjual 1 juta unit.

Tak heran kalau Avanza adalah mesin pendulang uang bagi Astra. Berkat keberadaan Avanza, berbagai merek lain seperti Nissan dan Suzuki juga mengeluarkan mobil penantang di segmen MPV, yakni Nissan Livina dan Suzuki Ertiga. Namun, tetap saja Avanza menjadi ‘raja’ jalanan.

Hingga akhirnya takhta Avanza tergeser juga. Posisi teratas kini diduduki oleh pesaing dari kelas berbeda, yakni Honda Brio. Tercatat sepanjang 2022, LCGC mungil ini berhasil terjual 61.025 unit lebih banyak 401 unit dengan Avanza yang terjual 60.624 unit.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*